Ahmad Ibnu Yusuf, mengikuti jejak ayahnya,
Yusuf Ibnu Ibrahim, menekuni matematika. Melalui bidang ini, ia kemudian
dikenal luas. Nama besarnya sebagai ilmuwan tak hanya didengar di seluruh
Mesir, tetapi juga sampai ke Eropa.
Menurut laman Muslimheritage, Ahmad
Ibnu Yusuf merupakan ilmuwan Mesir pertama yang dikenal di dunia internasional
dan salah satu ilmuwan Muslim terbesar yang pernah ada. Namun, ilmuwan yang
hidup di Mesir pada paruh kedua abad kesembilan ini hampir tak dikenal.
Ahmad dianggap telah mampu merancang
dasar-dasar bagi perkembangan matematika modern dan Eropa di abad pertengahan.
Ia dikenal pula sebagai Ametus Filius Joseph. Karyanyanya yang terkenal adalah
tentang busur yang sama atau De similibus arcubus.
Buku ini merupakan komentar atas karya Ptolemius, yaitu Centiloquium. Melalui buku ini, Ahmad membuktikan bahwa busur lingkaran yang serupa bisa sama juga bisa tidak. Buku ini diterjemahkan oleh Plato Tiburtinus.
Buku ini merupakan komentar atas karya Ptolemius, yaitu Centiloquium. Melalui buku ini, Ahmad membuktikan bahwa busur lingkaran yang serupa bisa sama juga bisa tidak. Buku ini diterjemahkan oleh Plato Tiburtinus.
Terjemahan ini pertama kali dicetak di
Venice pada 1493, dengan judul Incipit liber centum verborum ptholemei
cum commento haly. Ahmad menulis buku lainnya, tentang rasio dan proporsi
dengan judul Kitab Al-nisba wal tanasub atau De proportione et
roportionalitate.
Buku ini kemudian membawa pengaruh
pemikiran matematika di Eropa di zaman pertengahan melalui Leonardo da Pisa dan
Jordanus Nemorarius. Dua buku karya Ahmad ini kemudian diterjemahkan oleh
penerjemah terkenal pada abad ke-12, Gerard of Cremona.
Sebagian besar isi dalam buku ini merupakan komentar dan pengembangan Book Five of Euclid's Elements karya Euclid, ahli matematika dari Yunani. Pemikiran Euclid memang banyak memberikan pengaruh terhadap pemikiran Ahmad.
Sebagian besar isi dalam buku ini merupakan komentar dan pengembangan Book Five of Euclid's Elements karya Euclid, ahli matematika dari Yunani. Pemikiran Euclid memang banyak memberikan pengaruh terhadap pemikiran Ahmad.
Buku karya Euclid ini dianggap sebagai buku
yang memiliki pengaruh besar dalam sejarah matematika dalam bidang geometri.
Karya Euclid ini terdiri atas 13 jilid yang ditulis saat berada di Alexandria,
yang berisi definisi, postulat, dalil, dan konstruksi dari proposisi.
Karya Euclid ini, pertama kali dicetak di
Venesia pada 1482. Buku ini juga merupakan salah satu karya matematika yang
paling awal dicetak setelah ditemukannya mesin cetak. Karya ini juga digunakan
sebagai dasar-dasar teks geometri di Barat.
Selain dua buku terkenalnya itu, Ahmad membuat metode untuk
menyelesaikan masalah perpajakan. Bahasan yang dilakukannya itu muncul dalam
buku Liber Abaci yang membahas aritmatika karya Fibonacci atau Leonardo Pisano,
seorang ilmuwan ahli matematika yang berasal dari Italia.
Ahmad Ibnu Yusuf |
Dalam karya tersebut, Fibonacci
memperkenalkan angka-angka Arab dan elemen utama sistem desimal kepada
orang-orang Eropa. Dia mempelajari angka-angka Arab tersebut ketika dia tinggal
di Afrika Utara dengan ayahnya, Guglielmo Bonaccio.
Karya Ahmad yang berupa metode untuk
menyelesaikan masalah perpajakan juga banyak dikutip oleh para ilmuwan lain di
bidang matematika, antara lain Bradwardine, Jordanus, dan Pacioli. Ia memiliki
pula keahlian dalam bidang astronomi. Tak heran, jika kemudian Ahmad pun
memiliki karya dalam bidang astronomi. Ia memberikan gambaran tentang
astrolabe. Ini merupakan instrumen yang dimiliki para astronom untuk
memperkirakan letak matahari dan planet lainnya serta memperkirakan waktu.
Ada beberapa karya yang dikaitkan dengan
dirinya, tak jelas siapa yang menulisnya. Sejumlah catatan menyatakan beberapa
karya tersebut merupakan tulisan Ahmad. Namun, ada pula yang menyanggahnya dan
menyatakan itu karya bersama Ahmad dan ayahnya.
Ahmad lahir di Baghdad, Irak. Namun, ia
bersama ayahnya kemudian pindah ke Damaskus, Suriah, pada 839. Beberapa lama
kemudian, keluarganya pindah ke Kairo, Mesir. Dan dari sini lah namanya mendapat tambahan al-Misri
(dari Mesir). Tak diketahui secara
pasti kapan ia meninggalkan Damaskus dan kemudian menetap di Mesir.
Tak heran jika kemudian di belakang namanya
disematkan sebutan al-Misri. Meski tak tahu secara pasti Ahmad pindah ke Mesir,
namun sejumlah sejarawan menyatakan kemungkinan ia pindah ke Mesir bersama
keluarganya saat ia masih kanak-kanak.
Saat di Kairo, Mesir, Ahmad tumbuh dalam
sebuah lingkungan yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Apalagi, ayahnya
merupakan ahli matematika, astronomi, dan juga seorang dokter. Ayahnya, dikenal
pula sebagai anggota tim yang membuat dan merancang tabel astronomi.
Di sisi lain, ayah Ahmad merupakan bagian
dari kelompok ilmuwan terpelajar. Tak heran jika kemudian ia selalu berada
dalam lingkungan yang sarat pengetahuan. Ia pun memiliki ketertarikan yang kuat
terhadap ilmu pengetahuan.
Ahmad lalu tumbuh menjadi sosok yang selalu
haus akan ilmu. Dengan ketekunan dan kerja kerasnya, ia mampu menguasai sejumlah
bidang yang juga dikuasai ayahnya. Ia menguasai matematika dan juga astronomi
dan menuangkan pemikirannya dalam sejumlah karya.
Selain dikenal sebagai ilmuwan, Ahmad juga
memiliki jabatan di pemerintahan, yaitu pada saat Dinasti Tulunid berkuasa di
Mesir. Ia menjabat sebagai sekretaris. Ia meninggal dunia pada 912, namun
namanya tetap dikenang sebagai ilmuwan besar.